Senin, 14 Mei 2012

Pemkab Belitung Timur (Beltim) telah berkomitmen untuk mengembangkan daerah aliran sungai (DAS) Manggar sebagai obyek wisata. Daerah ini menyimpan potensi yang besar dengan didukung letak yang strategis, yakni berada dalam wilayah ibukota (Beltim). Aliran Sungai Manggar memiliki beragam atraksi wisata minat khusus yang bisa disuguhkan kepada wisatawan. Sejumlah survei telah dilakukan dan terakhir berlangsung, Kamis (29/3/2012) pagi dengan melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, dan BPD Desa Mekar Jaya. Survei dimulai dari Pasar Desa Mekar Jaya dengan menggunakan kapal nelayan kapasitas 1,2 GT dan draf 1,2 meter. Kondisi air sungai saat itu sedang surut dengan ke dalaman kurang dari dua meter. Saat air pasang, kedalaman air sungai rata-rata mencapai 3-4 meter. Perahu berjalan dengan kecepatan sekitar 5-10 kilometer per jam ke arah muara sungai. Sepanjang perjalanan, pemandangan pohon bakau mendominasi tepian sungai. Perjalanan tak terasa membosankan karena Sungai Manggar memiliki aliran yang berliku dan bercabang. Layaknya sebuah jalan, Sungai Manggar pun dijumpai persimpangan. Banyak obyek menarik bagi para fotograper di sepanjang aliran sungai. Tak jauh dari jembatan Pasar Desa Mekar Jaya, terdapat eks bangunan bengkel Manggar selatan, sebuah bengkel untuk perbaikan kapal pada masa penambangan timah. Bagi penggemar fotografi human interest, Sungai Manggar menyuguhkan obyek nelayan tradisional yang sedang beraktivitas memancing ikan dan kepiting dengan perahu dayung. Hilir mudik kapal motor nelayan tradisional juga ikut meramaikan aliran sungai. Selain itu terdapat juga satwa liar seperti bangau, biawak, kera, dan sejumlah burung kicau. Sementara bagi yang hobi mancing, Sungai Manggar pun menawarkan sejumlah titik pemancingan. Tak hanya ikan, di sungai ini juga terdapat kepiting dan kerang. Salah satu titik pemancingan itu berada di area Kuala Lamak. Di area ini bisa dilihat deretan alat tangkap pintor untuk menangkap kepiting rajungan dan kepiting air tawar. Tak sulit menemui nelayan yang sedang memancing ikan di tepian pohon bakau. Seperti Joni (46) warga Desa Lalang. Belum genap dua jam, pria yang juga bekerja sebagai penjaga pelabuhan swasta ini sudah mendapatkan kurang lebih sepuluh ekor ikan di perahu kecilnya. Pria ramah ini mendapat ikan Sengkarat dan Ungaran dengan menggunakan umpan udang. Keberadaan Sungai Manggar tak lepas dari sejarah pertambangan timah di Belitung Timur. Dari cerita masyarakat, area Kuala Lama disebut semula merupakan muara Sungai Manggar. Muara itu ditutup dan dialihkan ke muara yang ada sekarang. Pemindahan itu terkait dengan aktivitas penambangan timah dengan menggunakan kapal keruk. Jejak keberadaan kapal keruk bisa dilihat dari sebuah dok, sekitar 500 meter dari muara sungai. Selain itu terdapat juga sebuah lokasi kapal keruk naas, yang terbalik pada tahun 1928. Menurut Ketua HNSI Beltim Herman, sebagian persimpangan aliran sungai yang ada saat ini juga merupakan buah dari kegiatan kapal keruk.

Pemkab Belitung Timur (Beltim) telah berkomitmen untuk mengembangkan daerah aliran sungai (DAS) Manggar sebagai obyek wisata. Daerah ini menyimpan potensi yang besar dengan didukung letak yang strategis, yakni berada dalam wilayah ibukota (Beltim). Aliran Sungai Manggar memiliki beragam atraksi wisata minat khusus yang bisa disuguhkan kepada wisatawan. Sejumlah survei telah dilakukan dan terakhir berlangsung, Kamis (29/3/2012) pagi dengan melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, dan BPD Desa Mekar Jaya.
Survei dimulai dari Pasar Desa Mekar Jaya dengan menggunakan kapal nelayan kapasitas 1,2 GT dan draf 1,2 meter. Kondisi air sungai saat itu sedang surut dengan ke dalaman kurang dari dua meter. Saat air pasang, kedalaman air sungai rata-rata mencapai 3-4 meter. Perahu berjalan dengan kecepatan sekitar 5-10 kilometer per jam ke arah muara sungai. Sepanjang perjalanan, pemandangan pohon bakau mendominasi tepian sungai. Perjalanan tak terasa membosankan karena Sungai Manggar memiliki aliran yang berliku dan bercabang. Layaknya sebuah jalan, Sungai Manggar pun dijumpai persimpangan. Banyak obyek menarik bagi para fotograper di sepanjang aliran sungai. Tak jauh dari jembatan Pasar Desa Mekar Jaya, terdapat eks bangunan bengkel Manggar selatan, sebuah bengkel untuk perbaikan kapal pada masa penambangan timah. Bagi penggemar fotografi human interest, Sungai Manggar menyuguhkan obyek nelayan tradisional yang sedang beraktivitas memancing ikan dan kepiting dengan perahu dayung. Hilir mudik kapal motor nelayan tradisional juga ikut meramaikan aliran sungai. Selain itu terdapat juga satwa liar seperti bangau, biawak, kera, dan sejumlah burung kicau. Sementara bagi yang hobi mancing, Sungai Manggar pun menawarkan sejumlah titik pemancingan. Tak hanya ikan, di sungai ini juga terdapat kepiting dan kerang. Salah satu titik pemancingan itu berada di area Kuala Lamak. Di area ini bisa dilihat deretan alat tangkap pintor untuk menangkap kepiting rajungan dan kepiting air tawar. Tak sulit menemui nelayan yang sedang memancing ikan di tepian pohon bakau. Seperti Joni (46) warga Desa Lalang. Belum genap dua jam, pria yang juga bekerja sebagai penjaga pelabuhan swasta ini sudah mendapatkan kurang lebih sepuluh ekor ikan di perahu kecilnya. Pria ramah ini mendapat ikan Sengkarat dan Ungaran dengan menggunakan umpan udang. Keberadaan Sungai Manggar tak lepas dari sejarah pertambangan timah di Belitung Timur. Dari cerita masyarakat, area Kuala Lama disebut semula merupakan muara Sungai Manggar. Muara itu ditutup dan dialihkan ke muara yang ada sekarang. Pemindahan itu terkait dengan aktivitas penambangan timah dengan menggunakan kapal keruk. Jejak keberadaan kapal keruk bisa dilihat dari sebuah dok, sekitar 500 meter dari muara sungai. Selain itu terdapat juga sebuah lokasi kapal keruk naas, yang terbalik pada tahun 1928. Menurut Ketua HNSI Beltim Herman, sebagian persimpangan aliran sungai yang ada saat ini juga merupakan buah dari kegiatan kapal keruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar