ANALISIS
INFILTRASI 3 MODEL
Infiltrasi
adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam
tanah. Perlokasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih
dalam. Infiltrasi juga merupakan proses aliran air yang masuk ke dalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (aliran air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan
air ke arah vertikal). Laju infiltrasi
biasanya dinyatakan dalam millimeter per jam (mm/jam). Kapasitas Infiltrasi
adalah kurva batas yang menggambarkan laju peresapan air maksimum dengan waktu
untuk jenis tanah tertentu (termasuk jenis penutup tanahnya).
Faktor-faktor
penentu infiltrasi diantaranya tekstur dan struktur tanah, persediaan air
awal (kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan kedalaman
seresah, dan tumbuhan bawah tanah atau tajuk penutup tanah lainnya. Secara
teoritis, bila kapasitas infiltrasi tanah diketahui, volume air larian dapat
dihitung dengan cara mengurangi besarnya curah hujan dengan air infiltrasi di
tambah genangan air oleh cekungan permukaan (surface detention) dan air
intersepsi. Sementara laju infiltrasi ditentukan oleh jumlah air yang tersedia
di permukaan tanah, sifat permukaan tanah, dan kemampuan tanah untuk
mengosongkan air di atas permukaan tanah.laju infiltrasi bisa berkurang dengan
dipengaruhi bertambahnya kelembaban tanah yang menyebabkan butiran tanah
berkembang sehingga menutup pori-pori tanah dan aliran air ke bawah tertahan
oleh gaya tarik butir-butir tanah.
Infiltrasi sendiri dapat di hitung dengan menggunakan
model-model analisis infiltrasi diantaranya Greeen Ampt, Horton dan Philip. Ketiga
teori ini merupakan model konseptual yaitu yang menganalogikan proses
infiltrasi sebagai faktor terinterasi dengan aspek hidrologi lain.
1. Model Horton
Pada
model Horton, dia menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai konstant. Penurunan kapasitas
infiltrasi ini lebih di kontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah
dibanding dengan proses aliran air di dalam tanah. Faktor ini sendiri berperan
dalam pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid
tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan, dan
pengangkutan partikel halus di permukaan tanah opleh tetesan air hujan.Horton
juga menyatakan pada kondisi hujan yang melebihi kemampuan tanah dalam menyerap
air akan menyebabkan laju infiltrasi akan konstan. bertambahnya waktu dan
intensitas hujan yang stabil maka kecepatan tanah dalam menyerap air tersebut
akan berkurang seiring kemampuan tanah dalam menyerapnya.
Persamaan Horton:
f = fc + (f0-fc)
e(-kt) ; i ≥ fc dan k = konstan
Keterangan :
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi
tetap (cm/h)
fo : laju
infiltrasi awal (cm/h)
k :
konstanta geofisik
Kelebihan
1.
Rapat
dilakukan dengan program spreadsheet sederhana,
hanya berdasarkan data-data yang tersedia.
2.
Pengukuran
infiltrasi yang dilakukan dengan infiltrometer pada model Horton akan
menghasilkan data yang relatif lebih tinggi. Hal ini dikarenakan selama
pengukuran infiltrasi dengan ring infiltrometer, selalu dapat lapisan air
dengan ketinggian konstan pada permukaan tanah. Adanya tekanan lapisan air
tersebut akan menambah kecepatan laju infiltrasi.
Kelemahan
penentuan
parameter f0, fc, dan k dan ditentukan dengan data-fitting.
Secara teori fc,
konstan untuk suatu jenis dan lokasi tanah tertentu, tetapi akan bervariasi
pada setiap intensitas hujan yang tidak sama. Kesulitan Horton menentukan
hubungan f0, fc dan k dengan sifat-sifat dari daerah alirannya. Hasil yang di dapat tidak cukup akurat.
Penjelasan
model ini sangat simpel
dan lebih cocok untuk data percobaan. Untuk teori Horton sendiri secara
garis besar mengemukakan laju infiltrasi
dengan bertambahnya waktu akan konstan seiring dengan kemampuan daya serap
tanah.
2. Model
Philip (Tanah Dua Lapis)
Pada satu seri
dari papernya, Philip memperkenalkan analisis dari infiltrasi. Dia menyatakan
bahwa proses infiltrasi terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama
adalah infiltrasi awal (early time infiltration) dan tahap kedua adalah
infiltrasi waktu kemudian (late time infiltration).
berdasarkan
persamaan Fokker-Planck, atau persamaan aliran untuk tanah homogen dengan kadar
lengas tanah awal dan suplai air yang berlebihan dipermukaan.
F = 0,5 S + K.t
f = 0,5 S + K
Keterangan :
F = Infiltrasi kumulatif
f = laju ifiltrasi (cm/h)
S = Sportivity (cm/h)
K = konduktivitas daya hidrolik (cm/h)
t
=
interval waktu (s).
Parameter
S dan C merupakan fungsi difusi air
tanah awal dan kadar air permukaan dari tanah atau konstanta yang dipengaruhi
oleh faktor tanah dan kelembaban tanah mula-mula. Rumus laju infiltrasi
mengandung peubah atau konstanta yang dipengaruhi kondisi lokal, penggunaan
persamaan Philiip mudah dicari di lapangan. Dua kondisi dari persamaan Philip
mewakili akibat dari gaya kapiler tanah dan gaya gravitasi, berturut-turut.
Untuk arah mendatar tanah, gaya kapiler tanah hanya gaya yang membawa air ke
dalam lubang-lubang kecil.
Kelebihan
Dalam model Philip terdapat konstanta yang dipengaruhi
kondisi lokal, sehingga persamaanya mudah diterapkan di lapangan.
Kekurangan
Laju infiltrasi yang di dapat tidak
sesuai dengan kenyataanya dikarenakan data yang digunakan berdasarkan data yang
telah ada sebelumnya. Data tersebut belum tentu sama dengan keadaan sekarang.
Ada tiga cara untuk
mengukur besarnya infiltrasi yakni: menentukan beda volume air hujan buatan
dengan volume air larian pada percobaan laboratorium, menggunakan alat infiltrometer, teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran
air hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar